Anak kyai terkenal cabuli santri kecil. Anjing 07/09/2022 (Sat) 11:39:50 No.13130 del
(191.95 KB 256x256 Hachikuji-PFP-6.gif)
Copas:

Sendiri Bersuara

Rangkaian kebiadaban itu terbuka saat Santi (14 thn) menceritakan perlakuan aneh masgus (putra kyai pemilik ponpes) pada Asih (13 thn), sekitar tahun 2012. Keluguan abege kencur membuat keduanya bertanya2 tanpa berani mencari tahu lebih jauh. Santi hanya tahu masgus memaksa mencium lalu meraba kian kemari kemudian memasukkan kelelakiannya pada tubuhnya. Dia mengeluh, "Sakit banget, Sih. Itu kenapa ya?" Asih yg sama lugunya hanya menggeleng. "Pernah juga, aku dipaksa begitu bareng sama dua mbak2 gede (santriwati juga), jadi berempat dgn masgus. Itu apa ya, Sih? Badanku sakit semua jadinya, ituku juga" Bocah2 beranjak remaja yg seumur2 hanya tahu belajar dan ngaji di ponpes, tentu tidak paham hubungan seksual. Bukankah urusan seks tabu dibicarakan, apalagi oleh anak perempuan.

Perlakuan masgus pada Santi berlangsung bertahun2. Bukan sekali dua kali Santi menolak dan hasilnya hampir setiap hari muncul luka baru ditubuhnya akibat pukulan, tonjokan dan bahkan tendangan. Tak jarang juga sundutan bara rokok mampir di wajahnya. Tahun demi tahun semakin banyak santriwati kecil yg menjadi korban, sebagian mengeluh pada Asih. Mereka tidak berani mengadu, bahkan pada orang tua. Ah siapa pula yg mau percaya ocehan anak2? Tentu masgus dan kyai jauh lebih dipercaya.

Saat usianya 17 thn, Asih mengerti apa yg telah dialami oleh teman2 pondoknya itu. Tentu saja dia syok, mengingat seluruh perilaku masgus itu bertentangan dengan nilai2 agama yg setiap hari dijejalkan pada mereka. Bukankah zina adalah dosa besar apalagi dengan pemaksaan dan kekerasan. Naluri membela teman2nya sekaligus mencela perilaku amoral masgus, mendorongnya protes melalui tulisan sindiran tanpa menyebut nama dan tempat, yg di pubblish di medsos. Dia "hanya" mereaksi keras pelanggaran moral agama yg dilakukan pemimpin ponpes demi membela teman2nya.

Aksi protesnya direaksi oleh masgus, rupanya dia merasa tersindir. Narasi yang menyudutkan Asih sebagai pemfitnah, pengkhianat dan pemecah belah jama'ah ponpes segera disebar di media sosial, lengkap dengan foto Asih. Gadis belia itu dalam sekejap dihadapkan pada ribuan jama'ah pondok, yg tentu saja percaya buta bangunan narasi masgus. Tetiba dia menjadi pesakitan yang dihujat ribuan orang dan masih harus berhadapan dengan rentetan intimidasi dari semua penghuni ponpes. Teman2 yg semula mendukungnya, mundur teratur sebab desakan orang tua masing2. Dia sendirian menghadapi semuanya. Tertekan tentu saja, nyaris depresi. Untuk menjaga kewarasan, dia memilih berteriak2 dan bernyanyi2, menulisi dinding kamarnya dgn kalimat2 penyemangat. Satu keyakinannya : Allah bersama orang yg benar. Allah berpihak pada kebenaran. Puncak sanksi ponpes untuknya, dia DO pd saat akan memulai perkuliahan di pondok. Tak patah semangat, Asih memilih kuliah di sebuah PT berbasis agama di kota kecilnya.

Perjalannya "keluar" lingkup ponpes semakin menaikkan keberaniannya, bersama beberapa teman, dia mendorong sekaligus menemani korban melapor secara resmi pd yg berwajib. Tidak semua berani melapor, ngeri membayangkan "aib" yg akan terbuka dan reaksi keras ponpes. Berhasil? Tentu tidak. Tak patah arang, dia kembali menggalang dukungan, kali ini dengan ormas pegiat perempuan dan kerja cerdasnya membuahkan hasil. Proses hukum diterapkan pada masgus, meskipun jalannya amat lelet. Butuh 2 tahun sebelum akhirnya masalah itu diambil alih oleh Polda Jatim. Teman2 yg semula menyertainya, satu persatu mundur karena desakan orang tua masing2 setelah diintimidasi ponpes. Kembali dia sendiri menapaki jalan kebenaran.

Tahun lalu dia dipersekusi sekelompok laki2 (diduga santri ponpesnya dulu), tak kurang dari 6 orang memukul, menghantam dadanya dan membenturkan kepalanya ke tembok lalu merampas hape-nya. Dia dianggap biang keladi gonjang-ganjing yg menimpa masgus terlebih lagi, dia menulis sindiran moral yg ditujukan pada kyai ponpes yg dianggapnya melindungi orang yang salah. Mereka mencoba membungkamnya dengan kekerasan. Suara Asih ancaman besar bagi kyai dan ponpes. Kasusnya merebak, dia beroleh dukungan dari ormas2 kem